Sejarah Desa

Desa Cijayanti beridiri pada tahun 1930 yang kala masa itu masih dalam kungkungan penjajah Belanda dan pada tahun 1939, dalam terbitan Het Konikklijk Bataviaasch Genootscap van Kunsten en wepenscappen, jaarboek VI halaman 74 , telah dilaporkan penemuan peninggalan Prasejarah di Onderdenming (perkebunan) Pasir kuda, yaitu diwilayah PT. Bukit Pelangi di samping Kp. Pasir karet, Desa Cijayanti. Yaitu pada 5,5 Km sebelah timur laut dari ciawi yang pada masa itu disebut ‘Buitenzorg’.

Peta Belanda, dengan skala 1:250,000 dan 1:50.000 menjelaskan lokasi penemuan Prasejarah tersebut di salah satu lokasi barat laut dari jalan umum Cijayanti ke desa Bojong koneng pada ketinggian 400 dlp ( dari permukaan laut ).

Penemuan – penemuan di Pasir Karet merupakan bekas sebuah’ bengkel batu ‘ dari masa ‘ neolithic’ atau jaman batu muda, yaitu dari sekitar dua ribu atau lebih tahun yang lalu. Penemuan tersebut, terdiri dari sisa – sisa ‘blank’ atau batu chert yang dibentuk empat segi secara kasar untuk menyiapkan baliung atau kampak batu.( juga disebut gigi petir), batu gosok yang diciptakan dari batu pasir yang agak kasar yang berwarna ke abuabuan dan sisa – sisa batu tajam lainya ( lihat laporan Van der hoop, 1939, halaman 74, 76, ) sisa – sisa batu ini banyak terdapat diantara wilayah ciawi, pasir awi dan Cibinong maupun gunung geulis, batu jenis chert ini terutama terdapat di gunung kapur Klapanunggal yang sekarang telah menjadi wilayah pabrik semen di gunung puteri.

Penemuan ini berarti bahwa wilayah pasir kuda/pasir karet ini telah di duduki oleh manusia prasejarah sekitar dua ribu tahun atau lebih yang lalu pada waktu wilayah ini merupakan hutan rimba atau ‘rainforet’. Kemungkinan besar hutan tersebut terdiri dari pohon – pohon kayu maupun pohon buah buahan termasuk jenis seperti durian, kemang, kueni, dan sebagainya. wilayah ini bercurah hujang yang sangat tinggi pada tahun 2014 saja mencapai 4.480 mm.

Disamping itu pada waktu puncak bukit pasir kuda/pasir karet banyak ditemui sisa-sisa keramik impor dari cina yang berasal dari dinasti Song, Yuan dan Ming, yaitu dari abad ke 13 s/d 16 Masehi. Pada waktu itu telah dilaporkan secara lisan bahwa ada temuan alat tembaga yang merupakan Gendong (Bronze drum), berarti telah ada sisa-sisa pemukiman kuno diatas bukit pasir kuda.

Di wilayah lereng Pasir Karet yang menghadap ke timur, beberapa ratus dari batas Kampung Cimanggurang pada tahun 2004 telah ditemui bekas pemukiman abad ke 16, yaitu puing-puing beling atau sisa-sisa keramik Cina berwarna Blau Putih, sepotong mangkuk bantuan Sawankhalok bergelasir hijau dari muangthai, maupun mata uang Cina dari Dinasti Ming.

Data ini salah satu menguraikan sejarah Kampung Pasir Karet atau Desa Cijayanti yang cukup panjang walaupun tidak ada sisa-sisa bangunan diatas tanah, karena arsitek domestik wilayah sunda pada masa dahulu sering dibuat dari bahan kayu saja, dan sisa-sisa sampah kuno membuktikan bahwa wilayah ini cukup penting dalam rangka sejarah wilayah Bogor dari masa prasejarah dan kerajaan Tarumanegara maupun pada masa kerajaan Padjajaran, kemudian peninggalan pada jaman batu masih terdapat sampai sekarang. situs pemukiman kuno Pasir karet dapat dihubungi dengan situs-situs kontemporer lainnya di Gunung Hambalang, Gunung Geulis, Pasir Awi dan lain-lain.

Nama Cijayanti sendiri cukup menarik Nama’ Jayanti ‘ dalam bahasa sansekerta artinya “sipemenang“ (Victorious) dan adalah nama alternatif dari Dewi Hindu Durga, yaitu sebuah dewi puteri cantik, anak dari Dewi Parpati (dan Indra). Yang menjadi sakti (siteri) dari Dewa Siwa, dewa yang tertinggi dari dewa-dewa hindu. Rupanya sangat ganas dan mengerikan karena ia semacam raksasa perempuan. Disamping Dewi parpati, Ambika, dan Kali ia terlibat dalam kelompok sakta. Patung – Patung Dewi Jayanti biasanya mempunyai empat tangan dan sering dilihat memegang sebuah kunta (semacam tombak ), trisula (tombak dengan tiga buah ujung runcing), pedang dan perisai.

Dalam cerita epik india yang bernama purana, dewi Durga adalah sejenis pahlawan yang kalahkan dan membunuh raksasa Mahisa yang pada saat itu ada dalam bentuk kerbau, menurut dongeng Hindu itu, dewi dan dewa hindu itu sering bisa merobah rupanya pada saat tertentu. walaupun ia sangat Ganas, Durga sebagai Sakambhari juga mempunyai sifat yang baik dengan ada kaitan dengan tanaman dan rempah-rempah. pada masyarakat India  umumnya ia adalah dewi ibu yang Agung. Ia banyak makan korban kambing, kerbau dan sebagai dewi Kali dahulukala sering diberikan korban manusia. 1*

( Laporan Vander Hoop (1939) Jaarboek v.h Bataviaasch Genootschap) indonesia lembar 1209-143 (edisi:1-1990). 1*

Terbentuknya Desa Cijayanti

Berdiri pada masa penjajahan Belanda sejak tahun 1930 yang kemudian Kuwu atau kepala Desa Cijayanti yang memimpin yaitu :

Kepala Desa ( Kuwu ) 1930 s/d 1935                           : ASTAHAB

Tahun 1935 s/d 1940 Kepala Desa ( Kuwu )                : WAHARI             

Tahun 1940 s/d 1945 Kepala Desa ( Kuwu )                : EMONG

Tahun 1945 s/d 1955 Kepala Desa ( Kuwu )                : SOEKARDI

Tahun 1955 s/d 1959 Kepala Desa ( Kuwu )                : BOEDJANG

Tahun 1959 s/d 1986 Kepala Desa ( Kuwu )                : M. ADJOEM

Tahun 1986 s/d 1992 Kepala Desa ( Kuwu )                : H. ABDUL BASYIT

Tahun 1992 s/d 1998 Kepala Desa ( Kuwu )                : H. NANANG DERAJAT

Tahun 1998 s/d 2014 Kepala Desa ( Kuwu )                : H. ABDUL ROJAK

Tahun 2014 s/d 2020 Kepala Desa ( Kuwu )                : H. ABDUL ROJAK

 

Kebudayaan DesaCijayanti sejak dahulu kala sampai dengan sekarang masih dipengaruhi budaya arab karena masyoritas beragama islam seperti halnya :

  1. Maulid Nabi
  2. Isra Mi’raj

Cagar budaya yang ada diantaranya yaitu makam R. Soleh Purbaya di Kp. Cijayanti III, R. Saiun Kp. Babakan Rw.01  Mbah Lurah di Kp. Pasir maung Rw. 05 serta makam tokoh – tokoh masyarakat dan agama lainnya yang tersebar di seluruh peloksok desa. Didesa Cijayanti terdapat buah – buahan yang sudah terkenal yaitu Buah Manggis dan Duriannya dengan panorama dan keramahan penduduknya.

Wilayah desa Cijayanti teranngkum yang semula masuk dalam kecamatan Citeureup dan pada tahun 1999 pemekaran kecamatan dan sekarang masuk menjadi dalam rangkuman kecamatan Babakan Madang